Jumat, 12 Agustus 2011

My 1st Study Tour in Japan – part 1


Tanggal 9–10 Juni yang lalu, saya berkesempatan mengikuti kenshuuryokou (研修旅行) atau study tour yang diadakan sekolah ke Museum Ilmu Pengetahuan Toshiba di Kawasaki, Kamakura Daibutsu di Kamakura, Hakone Sekisho di Hakone, menginap di Hotel Tensaien, Hakone, kebun binatang Fuji Safari Park di Shizuoka dan JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) di Kanagawa yang semuanya GRATIS. Ya, sebenarnya tidak gratis juga, karena biaya kenshuuryokou sudah dimasukkan ke dalam biaya sekolah. Hahaha.. Jadi, hari itu saya hanya bawa badan saja dan barang-barang pribadi seperlunya.
Brosur, tiket, dan penjelasan study tour
    Pagi pukul 8.30 saya sampai ke tempat berkumpul, rupanya teman-teman sudah masuk ke dalam bus. Awalnya saya pikir perjalan dengan bus pasti sangat melelahkan karena kaki yang harus terus menerus ditekuk karena jarak tempat duduk yang satu dan yang lain saling berdekatan. Rupanya pikiran tersebut hilang seketika begitu saya masuk ke dalam bus. Wow, busnya besar dan luas, seperti kelas bisnis dalam pesawat, jarak kursi yang satu dengan yang lain tidak terlalu berdekatan. Jadi, kaki dapat dengan leluasa bergerak, mau ditekuk atau diluruskan, bisa-bisa saja.
    Satu bus diisi dua kelas, jadi tidak hanya dari kelas saya saja. Setengah untuk kelas B dan setengah untuk kelas D ... ya, tidak persis setengah juga sih, hahaha… Berhubung kelas D jumlah orangnya paling banyak, lebih dari setengah kursinya diisi oleh teman-teman kelas saya. Nah, karena saya salah seorang yang datang paling terakhir, saya duduk di kursi paling belakang. Kesannya tidak ada teman, hahaha … tapi kursi ini paling baik menurut saya karena jendela busnya begitu besar, jadi saya bisa lihat pemandangan dengan lebih luas ditambah saya bisa tiduran juga di sini. Bagaimana tidak, dari 5 kursi diisi hanya 2 orang. Oh, betapa senangnya.  
Senangnya dapat tempat duduk di belakang ...
    Akhirnya bus berangkat pukul 8.45, tujuan pertama adalah Museum Ilmu Pengetahuan Toshiba (東芝科学館) di Kawasaki . Bus berjalan memasuki tol dalam kota, ini kali pertama saya merasakan melintas di tol dalam kota Tokyo. Alhamdulillah lancar dan tidak macet. Padahal pukul 8.45 pagi, termasuk rush hour alias jam sibuk.

Lengang - jalan tol kota Tokyo, di kejauhan terlihat Tokyo Tower
    Di dalam bus, selain dengan wali kelas, juga disertai guide (pemandu wisata) yang sejak bus berjalan mulai bercerita. Tidak semua ceritanya saya mengerti, karena banyak menggunakan sonkeigo (尊敬語) atau bahasa sopan. Sebagai informasi, sonkeigo salah satunya digunakan saat berhadapan dengan orang yang lebih tua, derajatnya lebih tinggi atau dengan tamu. Nah, semua yang ada dalam bus dianggap tamunya, jadi wajar saja kalau si pemandu wisata menggunakan sonkeigo. Kalau mengerti reaksinya .. ‘Oh, begitu’ , tapi kalau tidak mengerti ya .. dengarkan atau lihat yang lain ^^
    Suara pemandu wisatanya menurut saya imut-imut, lucu, mirip pengisi suara kartun Jepang, sayangnya tidak selucu dan seimut-imut wujud aslinya. Hahaha … orangnya gemuk dan besar. (Mohon maaf kalau ada yang bertubuh besar :). Tapi dia hebat sekali bisa menghidupkan suasana dalam bus, yang meskipun sebagian besar tidak mengerti bahasa Jepang semua terlihat bisa menikmati ceritanya. Termasuk cerita mengenai antena Tokyo Tower yang menjadi miring karena gempa besar tanggal 11 Maret lalu. Menarik!

Pemandu wisata (ガイドさん)
    Akhirnya bus tiba di Museum Ilmu Pengetahuan Toshiba (東芝科学館) di Kawasaki pukul 10.05. Ya、Toshiba salah satu produsen barang elektronik yang sangat terkenal di Indonesia, contohnya  laptop yang saya gunakan ini. Dari luar bangunannya tidak seperti museum pada umumnya, malah berkesan seperti kantor pabrik. Tetapi begitu masuk, baru terasa kalau bangunan ini sebenarnya museum. Seru dan menarik, di sini banyak banyak hal yang bisa dipelajari, mulai bagaimana reaksi bunga mawar kalau dicelupkan ke dalam cairan nitrogen, sampai karakuri (からくり) robot dari kayu zaman Edo, cikal bakal robot masa kini. 
Demonstrasi mawar dan nitrogen
Karakuri (からくり)
Pemandangan di depan museum ...^^
    Hal yang paling menarik saat berkunjung ke museum ini adalah demonstrasi mengenai super konduktor.  Tidak tahu saya yang udik atau memang ketinggalan zaman, bendanya melayang-layang di udara. Bagi yang tertarik dan mau tahu tentang super konduktor, silakan klik website ini http://en.wikipedia.org/wiki/Superconductivity Kesan saya di museum ini, seru, menarik dan menyenangkan serta tak henti-hentinya bersyukur bisa hidup di zaman ini. Tidak terbayang kalau hidup zaman Edo, hahaha … tidak ada handphone, tv, mobil, ditambah banyak samurai yang gila hormat. Kita bisa mati ditebas, kalau si samurai merasa tersinggung.

Demonstrasi super konduktor
    Pukul 11.30 perjalanan dilanjutkan menuju Kamakura untuk melihat Koutoku-in (高徳) atau lebih dikenal dengan Daibutsu () –patung Budha besar. Dari semua rencana study tour kali ini, tempat ini adalah yang paling saya tunggu. Perjalanan menuju Kamakura sangat menyenangkan dengan pemandangan yang menarik, mulai dari bandar udara Haneda sampai saat bus melintasi Rainbow Bridge (レインボーブリッジ) yang panjangnya 798 meter. Dari jembatan ini pemandangan kota Yokohama dan Tokyo pun bisa dengan jelas kita lihat.
    Perjalanan ke Kamakura, seperti perjalanan menuju daerah Puncak di Indonesia, jalannya berkelok-kelok melewati sawah, kebun, sesekali hutan kecil dan sungai berbatu. Sampai di Kamakura sekitar pukul 12.30, mulailah terasa kalau bus menuju daerah wisata … macet. Ini pengalaman pertama saya mengalami namanya kemacetan di Jepang. Jalanannya kecil, tetapi kendaraannya banyak. Bedanya dengan di Indonesia, saat macet semua tertib, tidak ada yang membunyikan klakson.  Jadi, terasa tenang-tenang saja.
Macet - di kejauhan terlihat kuil Hachiman-gu
    Kamakura memang daerah wisata yang sangat terkenal di Jepang, terutama dengan wisata religi dan  sejarahnya. Sekadar informasi, Kamakura adalah pusat pemerintahan militer pertama yang dikenal dengan Kamakura Bakufu (1185-1333) dengan pemimpin militer pertamanya Shogun Minamoto no Yoritomo. Jadi, pada masa ini golongan samurai (militer) yang berkuasa secara politik, sedangkan kaisar hanya berkuasa secara seremonial.
    Di kota ini selain kuil Hachiman-gu dan Kamakura Daibutsu, Kamakura juga terkenal dengan wisata pantainya. Tetapi jangan membayangkan pantai dengan lambaian nyiur di tepinya ya … Hahaha… pohon seperti ini tidak bisa tumbuh di sini. Waktu bus melintasi jalan pinggir pantai Kamakura ini, sudah terlihat beberapa orang yang berselancar. Pernah lihat film Taiyou no Uta (タイヨウのうた) yang dibintangi YUI dan Takahashi Tsukamoto? Nah, cerita dan lokasi filmnya bertempat di kota ini.
Pantai Kamakura
    Sebelum melihat patung yang terkenal ini, terlebih dahulu makan siang bersama, menunya washoku (和食) makan siang khas Jepang. Seperti namanya, rasanya sangat khas Jepang, minim bumbu. Hmm, sumimasen kuchi ni awanai (すみません、口に合わない – maaf, rasanya kurang pas di mulut), tapi semua berhasil saya habiskan, loh. Bahkan saya diberikan lagi makanan punya teman. Hebatkan! (Hahaha .. itu sih, namanya kelaparan ^^) Katanya sekarangkan musim semi, jadi tidak terlalu banyak rempah-rempahnya. Mendengar penjelasan itu, saya jadi tertawa sendiri, mau musim apa pun sepertinya bagi saya penggunaan bumbu masakan Jepang tidak sebanyak dengan masakan di Indonesia.
    Satu hal yang menarik saat makan siang ini, yaitu penggunaan alat makan yang sangat banyak. Saya katakan sangat banyak karena memang benar-benar banyak, bahkan menurut saya sangat absurd untuk dijelaskan. Bayangkan saja, satu set menu makan siang untuk satu orang saja diperlukan sedikitnya 7 chawan, belum lagi mangkuk besar, keranjang, sumpit, sendok, tatakan, penutup, … Wah, pokoknya banyak sekali. Tidak terbayang bagaimana sibuknya mencuci barang-barang ini. Belum lagi tagihan air, sabun cuci, dan tempat meletakkan barang-barang ini. Melihat hal seperti ini, saya suka membayangkan kasihan sekali para isteri-isteri orang Jepang ini. Pasti cape sekali ya!
Satu set makan siang (昼食) ala Jepang
Silakan hitung berapa jumlah alat makannya^^
    Selesai makan siang langsung menuju ke Daibutsu yang letaknya di seberang restoran. Kali pertama melihat patung perunggu dengan tinggi 13.35 meter ini adalah perasaan senang dan sedih, semua campur jadi satu. Sangat tidak bisa dipercaya, saya bisa melihatnya secara langsung. Bagaimana tidak, sekitar 12 tahun lalu –saat awal kuliah bahasa Jepang di Universitas Darma Persada sosok patung ini muncul dalam buku teks yang saya gunakan. Dulu saya selalu membayangkan, “Kapan ya, bisa lihat patung ini secara langsung?” Rupanya Allah menjawab doa dan mimpi saya. Hontouni shinjiraremasendeshita (本当に信じられませんでした).

Kamakura Daibutsu
    Sayangnya kegiatan di patung bersejarah ini hanya berfoto ria, terutama untuk foto kenangan di buku tahunan sekolah nanti dan tidak ada pemandu wisata yang menjelaskan cerita atau apa pun mengenai patung kehijauan ini. Berikut informasi yang disarikan dari Wikipedia, patung ini berdiri sekitar tahun 1252 M, dibangun atas prakarsa Putri Inadano-Tsubone dan Jōkō of Toutoumi, seorang pendeta Budha. Pematungnya adalah Ono Goroemaon dan Tanji Hisamoto. Dulunya patung ini berada dalam satu ruangan besar, tetapi karena diterjang beberapa kali badai; dan pada akhirnya, saat tsunami besar tanggal 20 September 1498 patung ini dibiarkan tidak beratap di alam terbuka. Pada saat gempa besar Kanto tahun 1923 bagian dasar atau pondasi patung ini rusak, tetapi kemudian diperbaiki pada tahun 1925, dan ditahun 1960–1961 bagian leher patung ini diperkuat untuk mencegah dari kerusakan apabila terjadi gempa.  
    Berikut penjelasan detail patungnya, masih dari Wikipedia.
  • Berat: 93 ton
  • Tinggi: 13.35 m
  • Panjang muka: 2.35 m
  • Panjang mata: 1.0 m
  • Panjang mulut: 0.82 m
  • Panjang telinga: 1.90 m
  •  Panjang dari lutut ke lutut: 9.10 m
  •  Lingkar ibu jari: 0.85 m
Saya dan patung Budha^^


    Alhamdulillah saya berkesempatan melihat patung ini. Sebuah angan-angan yang kemudian menjadi kenyataan. Thanks God.

sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Kamakura_Daibutsu 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar